Senin, 29 April 2024

BEYOND HUMANITY



Mukodimmah Poci Maiyah Mei 2024
Oleh: Abdullah Farid

 

Sebuah simulasi pikiran : Jika seseorang dikejar harimau lapar, sedangkan jauh di depannya adalah jurang, dan di sisi kanan-kirinya adalah sungai penuh buaya lapar, maka apa yang akan ia lakukan? Dan haruskan ia mempertahankan hidup?

***

Beyond Humanity digambarkan sebagai perjalanan yang melampaui batas-batas manusia dalam konteks cerita post-apokaliptik yang melibatkan bertahan hidup dan transformasi. Pergeseran dari apa yang dianggap manusiawi menuju hal-hal yang lebih tinggi atau tidak terduga. Evolusi karakter utama, tantangan moral, atau bahkan eksplorasi perubahan dalam hubungan antara manusia dan dunia yang berubah drastis. Ini bisa menjadi tanda perjalanan karakter untuk mencari makna di luar apa yang dianggap kemanusiaan dalam kondisi ekstrem.

"Beyond Humanity" adalah konsep luas yang bisa mengacu pada beberapa ide : 

Transhumanisme, Singularitas Teknologi, Eksistensialisme, Transisi Spiritual, dan Transvaluasi Humanisme.

Kelima konsep tersebut membahas evolusi manusia dan pandangan tentang peran kita dalam alam semesta. Transhumanisme berfokus pada peningkatan kemampuan manusia melalui teknologi, sementara Singularitas Teknologi mempertimbangkan dampak kemajuan teknologi yang mengarah pada kecerdasan buatan yang mungkin melebihi manusia. Filsafat Eksistensialisme mempertanyakan makna kehidupan manusia dan kemungkinan evolusi di luar batas-batas saat ini, sementara Transisi Spiritual mengusulkan kemungkinan kesadaran yang lebih tinggi atau hubungan dengan entitas spiritual. Terakhir, Transvaluasi Humanisme mengevaluasi ulang pandangan tradisional tentang manusia sebagai pusat moralitas dalam alam semesta.

Jadi, apa yang kira-kira bisa dituangkan Poci Maiyah sebagai penawaran terhadap kondisi beyond humanity di negeri ini, malam ini?

(1)

Entropi / (Majma'al Bahroin)

Secara sederhana, entropi adalah perubahan yang tak pernah berhenti. Kondisi selalu menjadi, dari segala sesuatu. Contoh sederhana ketika kita menuangkan air dingin dengan air panas, maka kondisi dingin itu akan kacau, mencari keseimbangan baru dari air panas yang kita tuangkan itu. Sampai menemukan keseimbangan baru, yang bukan sebagai keseimbangan statis (diam), melainkan keseimbangan dinamis (terus berubah). Sebab, dari perubahan yang terus menerus itu, lahir suatu keindahan. Marojal bahroini yaltaqiyan... dan yakhruju minhuma lu'lu'u wal marjan.... Dari entropi, bertemunya dua sistem yang terus menerus : benar-salah, baik-buruk, adil-dzolim, mulia-hina, dan sebagainya, lahirlah kebijaksanaan.

Memahami entropi dapat menjadi awal pijakan kita untuk lebih menghargai keindahan dan kerapuhan alam semesta, khususnya ; manusia, serta mendorong kita untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan tujuan.

(2)

Tiga Otak Ciptaan Tuhan

Sedulur Poci Maiyah yang sekarang usianya 30-an tahun, hampir pasti mengenal flopy disk atau disket. Disk / "flashdisk" sebesar tempe goreng yang hanya bisa menyimpan ±1,44 megabyte. Kini seukuran kuku bayi tapi dengan daya simpan data ratusan ribu / jutaan kali dari disket, itu ibarat otak manusia dalam konteks memori (ingatan saja).

Otak manusia, seakan hanyalah 'replikasi' dan juga 'alat sambung' menuju otak kedua, yaitu 'udara'. Dalam dunia internet, itu disebut Cloud Storage atau penyimpanan cloud. Tentu saja, kata cloud disini adalah bahasa slang, bahasa gaul, bukan makna sebenarnya sebagai awan. Tapi, ada hipotesa, dalam konteks yang lebih luas, otak manusia yang diibaratkan memori card offline, disambungkan dengan cloud storage internet yaitu udara. Ada riset yang menyatakan bahwa, orang-orang yang bisa membaca pikiran, biasanya anak kembar, mereka terhubung di otak kedua ini, yaitu udara. Secara agak halusinasi, cara ahli paranormal membaca pikiran pasiennya bukanlah dengan membaca "memori offline" atau ingatan dalam otak tubuh, melainkan dengan udara yang digunakan untuk mengakses ingatan orang tersebut. Dan para ahli spiritual, biasanya adalah orang-orang yang mengalami perjalanan dan pertahanan hidup ekstrim.

Itu otak kedua, lalu, apa otak ketiga-nya?

Jika flashdisk atau hardisk adalah penyimpanan offline, itu seperti otak manusia, dan cloud storage adalah penyimpanan online, seperti otak kedua yaitu udara, maka cahaya adalah penyimpanan all line, apa prototipe-nya? Yaitu penyimpanan data holografik. Menyimpan data besar dalam cahaya laser. Jika cahaya adalah otak ketiga (jelas ini melampaui batas sains), dan cahaya adalah wujud zat-nya malaikat (dalam hadits, nabi berkata begitu), dan untuk 'tersambung' dengan cahaya harus mensucikan diri, la yamasuhu illal muthoharun, maka bisa jadi Qur'an adalah data holografik 'yang dipadatkan', dan dengan itu, untuk 'menyentuhnya' kita harus dalam keadaan suci.

Dan kita tahu dari sejarah, se-ekstrim apa perjalanan hidup nabi, sampai beliau di-mi'rajkan ke wilayah yang lebih lembut daripada malaikat atau cahaya. Ekstrem-nya perjalanan hidup beliau, salah satunya ada dalam hadits : Yang hidupnya paling menderita adalah para nabi dan rosul. Yang kedua, yang kesholehannya mirip. Dan yang ketiga, yang kesholehannya mirip (yang kedua).

Nabi Sulaiman dan Otak Kedua

Jika tiap huruf (hurf / حرف) ibarat jasad yang memiliki 'ruh' (tiap huruf punya makna/ruh), dan ruh adalah udara (راح - ريح), sedangkan udara adalah 'otak' kedua, yang berisi memori (ingatan) segala sesuatu termasuk manusia, maka huruf-huruf yang terangkai membentuk garis skenario kehidupan kita. Mungkin itu mengapa hidup sang nabi seperti Qur'an (menurut Aisyah), huruf-huruf Qur'an adalah memori 'ruh' dan cahaya nabi. Dan huruf-huruf (memori) itu tak bisa dicapai kecuali oleh hamba-hamba yang disucikan (La yamassuhu illal muthoharun).

Singkatnya, jika manusia bisa mengakses otak kedua yang berwujud udara (semesta wujud zat gas / peradaban ruh), maka manusia akan sampai pada ahwal Nabi Sulaiman dalam ayat (An Naml : 16) Wa uutiina min kulli syai'i. Nabi Sulaiman, punya akses ke database otak kedua, yang menjadikan dia mampu belajar apa saja, sebab semua ruh manusia beserta ingatannya, ada di udara (wujud zat gas). Dan kemarin, tiap ramadan khususnya, kita mendapat kesempatan untuk mengakses otak kedua dan ketiga. Kapan itu?

Al-Qadr ayat 4

Tanazalul malaikatu wa ruhu fiiha bi-idzni robbihim min kulli amr.

Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh  dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.

Dan lagi-lagi, hampir pasti yang mendapatkan itu hanyalah orang-orang yang 'melampaui batas' dirinya sendiri. Hidup dalam dan berteman dengan badai, bukan sekedar badai pasti berlalu atau nanti datang lagi. Badai, sudah menjadi entropi yang ia nikmati sehari-hari.

Penutup Mukodimmah

Beyond Humanity dengan begitu banyak persoalan dan pengalaman kompleksnya bukan untuk mencari jawaban yang pasti.

Penting untuk diingat bahwa diskusi tentang moralitas dan nilai-nilai universal adalah kompleks dan multi-faceted (banyak dimensinya). Tidak ada satu jawaban yang benar atau pasti untuk semua pertanyaan ini. Namun, dengan mempertimbangkan persoalan-persoalan itu secara kritis, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri kita sendiri dan tempat kita di dunia.

Lalu, bagaimana dengan pertanyaan ini :

Jika seseorang dikejar harimau lapar, sedangkan jauh di depannya adalah jurang, dan di sisi kanan-kirinya adalah sungai penuh buaya lapar, maka apa yang akan ia lakukan? Dan haruskan ia mempertahankan hidup?

Jikapun hidup manusia seperti dongeng sisyfus, manusia yang dihukum dewa untuk menaikan batu besar ke atas gunung lalu menjatuhkannya, dan mengulanginya terus menerus seakan tanpa makna : atau sebahaya simulasi pikiran itu, maka ia harus tetap berjuang.

Sebab, hidup dan semua kompleksitasnya hanyalah tuntas kewajiban.

Pada akhirnya manusia akan lapar, akan gagal, mungkin mengalami penghinaan, sakit menahun atau bahkan mati. Tapi menikmati tiap entropi (sepertinya) adalah cara satu-satunya untuk bertahan hidup. Manusia tak akan bahagia seutuhnya, sebab, ketika kita tertawa gembira atau sedang makan enak, di belahan bumi lain ada orang-orang yang sedang dalam adaptasi hidup yang sangat berat, atau bahkan perang. Atau sebaliknya, ketika di belahan bumi sana orang-orang dalam dunia utopia, kita sedang berjibaku dalam negeri distopia.

Kamis, 04 April 2024

Batasan itu Nikmat

 



Mukadimah Poci Maiyah April 2024

Oleh: Rizki Eka Kurniawan


Pernah hidup di zaman kono, seorang bijak bestari yang dulunya hidup sebagai seorang prajurit. Namun, setelah sekian lama pengabdiannya dalam perang, ia memilih hidup miskin dan mengabadikan dirinya dalam pencarian “kebijaksanaan”.

Semuanya bermula, ketika satu temannya mengunjungi sebuah kuil yang dipercaya oleh orang-orang dulu sebagai tempat suci, tempat  di mana orang-orang datang untuk mendapatkan nasehat dan pencerahan dari seorang pendeta.

Pada saat itu, temanya bertanya pada pendeta kuil, “adakah seseorang yang lebih bijak dari Sokrates?”

Pendeta kuil tersebut menjawab, “Tidak ada satupun orang yang lebih bijaksana darinya. Sokrates adalah orang paling bijaksana di kota ini”.

Mendengar perkataan pendeta kuil tersebut, ia pun segera menemui Sokrates untuk memberikan kabar atas apa yang dikatakan oleh pendeta kuil.

Sokrates yang mendapat kabar dari temannya merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pendeta kuil tersebut. Ia mencoba memverifikasi perkataan pendeta dengan mendatangi semua orang di kota tempat ia tinggal, mulai dari pemuka agama, ilmuan, politisi, praktisi, penyair dan masih banyak lagi orang dengan lintas profesi yang ia temui.

Tapi, yang ia temukan bukanlah kebijaksanaan. Dari semua orang yang ia temui, ia justru merasa kecewa dengan orang-orang yang merasa sok tau atas apa-apa yang sebenarnya mereka tidak ketahui.

Hal ini membuat Sokrates semakin dalam merenungi kebenaran dari perkataan pendeta kuil tersebut. Pada titik ini, Sokrates akhirnya memahami kebenaran dibalik perkataan pendeta kuil. Ia pun menyadari alasan kenapa pendeta kuil menyebut dirinya sebagai orang paling bijaksana, adalah karena Sokrates satu-satunya orang yang tau jika dirinya tidak tahu.

Dalam sebuah risalah sufistik, ada salah satu ulama sufi yang berkali-kali dalam sebuah karyanya yang saya baca selalu mengutip perkataan Abu Bakar r.a, “Ketidakmampuan mendapat pengetahuan adalah pengetahuan itu sendiri”

Jujur, awalnya saya pun sangat bingung untuk memahami perkataan ini, apa maksudnya? Kalian pun mungkin akan bertanya-tanya bagaimana mungkin ketidakmampuan untuk mendapatkan pengetahuan adalah pengetahuan itu sendiri?

Sampai akhirnya, saya pun memahami ketika saya mulai bisa menyadari akan keterbatasan (limitasi) diri saya sendiri. Saya pun akhirnya mulai paham. Betapa nikmatnya keterbatasan!

Melalui keterbatasan, kita bisa merasakan nikmatnya belajar untuk bisa tau. Keterbatasan menuntut kita untuk selalu berkembang menemukan dan menciptakan hal-hal baru yang tadinya belum kita ketahui.

Mengetahui keterbatasan membuat kita bisa bersikap rendah hati dan lebih mengenali diri sendiri. Tak mungkin, bahkan sangat mustahil bagi orang yang tak kenal keterbatasannya bisa mengenali dirinya sendiri, apalagi untuk bisa mengenali Tuhan?

Ketika kita makan, kita tau kapan kita harus berhenti makan ketika kita mengetahui keterbatasan kapasitas perut kita dalam menampung makanan. Kalau kita tidak mengetahui kapasitas perut kita yang terbatas, sangat mungkin bagi kita bersikap seperti binatang buas yang rakus dan serakah.

Binatang buas tak akan berpikir untuk berhenti makan, selama makanan masih ada ia akan menghabiskannya pada saat itu juga, yang sebenarnya perilaku semacam itu tidaklah baik dan hanya akan merusak tubuh.

Pengetahuan dan pemahaman kita yang terbatas pun menyelamatkan dan membebaskan kita dari beban, emosi dan pikiran-pikiran negatif. Bayangkan saja, kalau kita bisa mendengar isi hati dan pikiran buruk orang-orang yang membenci kita. Sudah tentu hidup kita tidak akan tenang dan selalu terganggu.

Apalagi kalau kita bisa tau isi hati dan pikiran pasangan kita, saya berani taruhan kalau setiap kali dalam hati dan pikiran pasangan kita terbesit bayangan wajah orang lain. Kita bisa langsung curiga dan bisa jadi akan berpikiran yang tidak-tidak. Toh, tidak ada salahnya untuk tidak mengetahui segalanya, karena pada dasarnya kita adalah makhluk yang serba tidak tahu!

Kita tidak tahu bagaimana cara kita menggerakan detak jantung. Kita juga tidak tahu bagaimana cara kita bisa mengaktivasi nafas agar berhembus secara automatis. Semuanya berada di luar kendali kita, pun dengan masa depan, kita tak tau apakah nanti akan selalu cerah atau berlangsung dengan badai?

Batasan adalah sebuah anugrah dan anugrah bagaimanapun bentuknya wajib untuk disyukuri, sebagaimana kidung cinta dari seorang sufi pengembara:

“Bersyukur itu mudah jika semuanya berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Tetapi seorang hamba Tuhan yang tulus bersyukur bukan hanya atas apa yang telah diberikan, tetapi juga atas apa yang tidak diberikan.”


Kuningan, 4 April 2024


Jumat, 01 Maret 2024

LABANAN KHALISHAN

 



Mukadimah Poci Maiyah Maret 2024

Oleh: Abdullah Farid

 

 

Bissmillahi rohmanir rohim...

 

Innaladzinasy syathohat

Wa maa adroka ma syatohat?

 

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang mabuk. Dan apakah kamu tahu siapa orang-orang mabuk itu?

 

Nabi Muhammad diberi pilihan oleh Jibril saat sebelum mi'raj, susu atau ciu (khamr). Tentu saja Sang Manusia Suci itu memilih susu. Kata sebagian pemuka agama, andai nabi memilih ciu, umatnya akan mabuk dunia melebihi saat ini. Seperti perkataan beliau :

 

“Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425))

 

Mengapa Jibril tidak menawarkan darah dan susu? Bukankah, susu adalah cairan bernutrisi yang mlipir punya jalan sendiri di antara darah dan kotoran? Tidak mungkin Jibril merendahkan derajat akal nabi. Apa enaknya meminum darah, dibandingkan jika ditawarkan ciu? Diharamkan dan disembunyikan saja umatnya banyak yang mencari, apalagi kalau dihalalkan.

 

Labanan Kholishon diartikan sebagai susu, sebab ia adalah yang mengalir di dua kotoran namun tetap murni (kholish, ikhlas). Dalam hadits lain, ada sahabat yang bertanya tentang ibadah haji, tentang shofa dan marwa. Bagaimana mungkin mereka beribadah di tempat yang masih ada berhalanya? Tapi kata nabi, seperti libanan kholishon itu, tetaplah mengerjakannya. Sebab dunia memang hakikatnya tempat yang sulit untuk tetap menjadi benar. Saat benar saja manusia masih sering disalahkan, apalagi ketika salah. Lagipula, bagaimana mungkin manusia tetap seutuhnya benar dan baik jika ia berada di dalam sistem yang rusak. Sistem yang menjadikan manusia kehilangan sisi kemanusiaan inilah yang diibaratkan dengan kondisi mabuk.

 

Labanan Kholishon ini sebenarnya sudah sangat banyak model atau contoh yang Mbah Nun dan Marja Maiyah lain sampaikan. Kondisi steril dalam dualitas, tetap berdiri di tengah tidak condong ke nomor berapapun. Sebab, Maiyah akan tetap berputar bersamaan dengan rotasi bumi, tak peduli siapa yang memimpin negeri ini. Maiyah akan tetap menaungi, menemani, jika pemimpinnya adil akan disupport. Dan jika pemimpinnya dzolim akan terus diingatkan. Bukan karena apa-apa, tapi mencoba untuk tetap dalam jalur ilmu dan pelayanan umat. Seperti susu, tidak tersentuh kotoran dan juga darah. Meski tidak juga mengatakan bahwa dua hal itu tidak bermanfaat.

 

Di Maiyah kita belajar bagaimana terus bermuthola'ah, menaiki anak-anak tangga ilmu. Bukan hanya belajar secara intelektual, tapi juga kepekaan hati. Dan terakhir, adalah keberanian untuk acuh pada angan-angan kesenangan ataupun hinaan. Dipuji tak meninggi, dihina pun tak jatuh. Seorang pemuda, apalagi pemimpin, kata Mbah Nun, harus memiliki tiga disiplin. Kecerdasan akal, kesucian hati, dan keberanian mental. Belajar dan terus berkarya, tak tergoda dengan apapun kemewahan dunia, dan tetap berjalan, berjuang meski sendiri ataupun bersama. Hatinya kholish, mudah jatuh cinta dan mudah juga melepaskannya. Sebab cintanya bukan tentang dunia, tapi tentang ketaatan kepada-Nya. Mengalir tanpa arus, tajriy min tahtihal anhar, selalu jatuh cinta pada takdir yang Tuhan tetapkan dan mencintai kebaikan tanpa kecemasan apapun.

 

Labanan Kholishon, Sari yang Murni. Kalau dari contoh yang Mbah Nun ajarkan seperti buah kelapa. Ada manusia kembang, bluluk, degan (dawegan), cengkir, dan sebaginya. Dan di dalam kelapa (kita tak pernah penasaran dari mana air itu) di dalamnya ada sari pati, santan, minyak, yang merupakan sari atau libanan kholishon. Seperti manusia dengan derajat yang tinggi. Hatinya hambar pada dunia, sebab yang Dia lihat adalah Dzat yang menyuruhnya agar tetap hidup dan berjuang. Sari, susu, atau libanan kholishon, adalah perumpamaan dari Qur'an. Di kitab Baghawad Gita, disebut sebagai titik tengah di antara dua mata. Banyak praktisi yoga yang mengartikan bahwa untuk meditasi, harus memfokuskan diri pada titik tengah di antara dua mata kepala. Sedang makna yang lebih tinggi adalah, libanan kholishon, berdirilah di atas paradoks. Tidak hanyut dalam pandangan mata kanan dan kiri, tidak terjebak dalam kebingungan baik-buruk, benar-salah, kaya-miskin dan sebagainya. Sebab seseorang yang sudah sampai dalam ketaatan pada Tuhan, keburukan atau kesalahan pun akan dia lakukan. Dia berada di atas hukum manusia, sebab ia hanya bisa taat.

 

wa lā tamuddanna 'ainaika ilā mā matta'nā bihī azwājam minhum zahratal-ḥayātid-dun-yā, linaftinahum fīh(i), wa rizqu rabbika khairuw wa abqā (Thaha : 131)

 

Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandangan matamu pada kesenangan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

 

Itu mengapa nabi memilih susu, perumpamaan sesuatu yang mulia. Dan arak, khamr atau ciu, adalah perumpamaan sesuatu yang rendah, yang hina. Siapa saja yang mabuk, tak boleh sholat. Sebab ia tak akan mampu melihat hukum, salah dan benar. Mirip orang yang taat di atas tadi, dia juga tak peduli salah dan benar, dan mungkin dia juga mabuk. Tapi mabuk cinta pada Tuhan dan Nabi Muhammad, hingga dunia tak punya tempat lagi di hatinya. Nabi mengajak umatnya menuju kemuliaan, sedang umatnya mencintai kondisi mabuk, yang tak punya kendali terhadap dunia. Dan di maiyah ini, seberat apapun perjalanannya, kita belajar agar tetap kholish, tetap kokoh, jika ditawari mabuk dunia atau mabuk ketaatan, kita sudah tahu jawabannya.

 

Rabu, 28 Februari 2024.

Jumat, 02 Februari 2024

LANJARAN

 



Mukadimah Poci Maiyah Februari 2024

Oleh: Abdullah Farid

 

Al-Ma'idah ayat 35

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.

 

Tema kali ini, kita akan tadabur dari kisah hidup "LANJARAN". Wa ma adroka ma LANJARAN? Adalah batangan kayu atau bambu yang digunakan untuk merambat atau penyanggah tanaman dari awal penanaman hingga bisa berdiri sendiri.

 

Tentang konsep hilangnya keberkahan atas apa yang dimiliki manusia, baik ilmu, harta, kedudukan, dan sebagainya. Karena salah satu sebab yaitu melupakan LANJARAN awal mula manusia mengenal apapun di dunia ini. LANJARAN orang berilmu, misalnya, adalah orang tua, guru-guru kita dari kecil hingga hari ini. Ketika kita sudah berada pada kondisi atau keadaan yang lebih baik dari orang yang pernah berjasa, umumnya kita menyepelekan dan menganggap lebih unggul dari mereka. Sehingga hilangnya takdim atau rasa hormat kepada siapapun yang pernah berjasa. Di sisi lain, hidup ini menjadi berkah jika kesuksesan diiringan dengan ridho orang tua dan guru. Karena ridho guru adalah salah satu syarat manfaatnya ilmu.

 

Dunia memang berputar. Awalnya manusia tak tahu apa-apa, kemudian dituntun, dididik, oleh Lanjaran mereka masing-masing. Orang tua, guru, saudara, teman, atasan kerja adalah sandaran tiap orang pada umumnya. Pada awalnya manusia tak tahu, lalu sebab lanjaran tersebut ia jadi tahu. Tapi ditingkat terakhir, manusia menjadi tidak tahu lagi. Awalnya manusia tidak tahu bagaimana cara sukses, kemudian dia mencari lanjaran, washilah, agar sukses, tapi ketika kesuksesan diraih, ia kembali dalam kesadaran tidak tahu tentang kesuksesan. Ia mungkin bertanya dalam diri : _Apakah ini yang disebut kesuksesan?

 

Awalnya manusia tidak tahu baik dan buruk, lalu manusia belajar agar tahu mana baik dan buruk menurut ilmu. Tapi pada akhirnya, manusia kembali tidak tahu mana yang baik dan buruk, sebab yang baik menurutnya belum tentu baik juga menurut Tuhan. Ini memang dilema, dan paradoks memang menyebalkan.

 

Seperti halnya lanjaran, seseorang membutuhkan guru atau guru yang membutuhkan murid? Jika pun si murid melupakan jasanya, apakah sang guru akan kecewa? Bukankah tujuan ia mendidik itu bukan karena si murid itu? Sang guru juga sebenarnya menjadikan si murid adalah lanjaran untuk mendapatkan imbalan, entah dunia ataupun akhirat. Jadi, sebenarnya siapa yang menjadi lanjaran dalam hal ini?

 

Dalam ayat yang dikutip di atas, berjuanglah, agar engkau beruntung. Titik pentingnya ada dalam perjuangan. Sebab, guru atau siswa, anak atau orang tua, bos atau karyawan, semua saling menjadikan lanjaran. Dan mungkin makna keberkahan adalah itu : ketika perjuangan tak berhenti apapun kondisi yang terjadi. Selain makna lain, bahwa kenyataan yang tak sesuai harapan, namun tetap menjadikan seseorang semangat berjuang dan mendekatkan dirinya pada Tuhan.

 

Manusia hidup berawal dari permukaan jasadnya. Lalu mendaki dan nyaman dengan akalnya. Tapi sebaiknya terus naik sampai ia tinggal di dalam hatinya. Tanpa dilema, drama, dan paradoks dunia. Manusia tidak hanya berurusan dengan makan dan minum saja, pakaian dan hiasan hidup jasadiyah saja. Tetapi juga ilmu, yang menjadikan hidup terarah dan nyaman selama berpikir dengan seimbang. Tapi pada akhirnya manusia harus mendudukkan akal pikirannya, agar ia sampai pada hati yang terdalam. Sebab, seringkali manusia memiliki ujian atau masalah yang penyelesaiannya tak cukup dengan data aqliyah saja. Data-data inderawi dan olahan pikiran tak cukup mampu untuk meredakan dilema-dilema batin. Maka perjalanan dan perjuangan harus terus dilakukan sampai ke hati. Harus mencari lanjaran yang mau menuntun pelan-pelan, dan tanpa imbalan. Sebab, jikapun ketakdziman dan rasa hormat hilang pada orang tua dan guru, maka balasan dari Tuhan memang lebih layak untuk diharapkan. Lagipula, imbalan apa yang bisa membuat puas dari seorang manusia, jika Tuhan menjanjikan yang jauh lebih baik darinya?

Kamis, 1 Februari 2024

Kamis, 04 Januari 2024

ALGORITMA KEGEMBIRAAN

 


Mukodimah Poci Maiyah Januari 2024

Oleh : Abdullah Farid

 

Tidak ada jalan lain untuk seorang pecinta, kecuali selalu kembali kepada kekasihnya.

 

Ada kisah anekdot tentang Abu Nawas yang didatangi seorang teman yang mengeluhkan rumahnya yang makin sempit. Sebab menampung dua keponakannya yang yatim piatu. Kisah ini masyhur dijadikan hikmah bagi mereka yang belum mengerti 'Algoritma Kegembiraan' di dalam pikiran seseorang. Dalam kisah itu, Abu Nawas meminta temannya itu juga untuk memelihara kambing, ayam, bebek, di dalam rumahnya. Tentu saja ini tidak masuk akal. Seperti pada awalnya masyarakat tak paham, bahwa imunisasi adalah menyuntikan bakteri terkendali agar menjadi imun dengan zat-zat dalam tubuh anak. Seperti vaksin, untuk melawan virus kita harus menggunakan virus yang serupa. Yah, terkadang solusi masalah justru ada di dalam masalah tersebut. Singkat cerita, ketika sudah berhari-hari nurut dengan saran Abu Nawas, untuk memelihara binatang itu di rumahnya yang sempit, lalu tiba-tiba semua binatang itu dijual, betapa terasa lega dan plong hidupnya.

 

Algoritma Kebahagiaan ini sebenarnya adalah koding paling mendasar di dalam diri manusia. Penciptaan manusia bukan untuk sengsara, seperti kata Buddha. Melainkan untuk menikmati kegembiraan dimanapun dan kapanpun. Bagaimana caranya? Bagaimana caranya anak kecil bergembira?

 

Di Maiyah, kita sebenarnya belajar tentang kegembiraan advance. Anak-anak Maiyah dididik dalam kehidupannya untuk dapat melihat kegembiraan, sisi baik, dari ujian hidup yang dihadapinya. Anak-anak maiyah dididik agar tidak merasa sengsara hanya karena belum melihat orang yang hidupnya lebih sengsara. Tidak dididik untuk bergembira dan mensyukuri hidupnya ketika diperlihatkan orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung dia. Dalam gelaran inilah, anak-anak Maiyah belajar untuk tetap dalam keheningan, tetap dalam ketenangan, meski hidup mudah berubah, terkadang sedih, terkadang gembira. Bukan tangis air mata yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, melainkan ratapan tak rela dengan takdir yang datang. Maka ada baiknya, seseorang mulai menyeting Algoritma Kegembiraan dalam dirinya. Agar tidak hanya memahami badai pasti berlalu, tetapi juga menyadari bahwa, badai pasti akan datang. Dan siap dalam keadaan apapun.

 

Masalah diberikan pada manusia untuk mendapatkan dua bonus kehidupan. Kenaikan derajat jiwa, dan atau membersihkan kotornya jiwa. Masalah diberikan Tuhan pada manusia, mungkin saja sebab di hatinya Tuhan sudah tidak ada lagi. Sangat mungkin seseorang bisa lari dari masalahnya, tapi apakah ia bisa bersembunyi dari beban pikirannya sendiri? Dan jelas bunuh diri bukanlah solusi. Maka, tidak ada jalan lain untuk seorang hamba, kecuali kembali kepada Tuhannya. Tidak ada jalan lain untuk seorang pecinta, kecuali selalu kembali pulang kepada kekasihnya. Dan Allah, Dia-lah tempat kepulangan setiap masalah. Wa huwa ma'akum aina maa kuntum, Aku bersama-mu, wahai hamba-Ku, dimanapun kamu berada. Mengapa engkau bersedih? Fa idza sa-alaka ibadi, anni fa inni qoriib. Aku di dekatmu, wahai hamba-Ku, apa yang menjadikanmu bersedih? Yaa ayyuhal insan, maa ghoroka bi robbikal kariim? Wahai manusia, apa yang menjadikanmu berpaling dari-Ku? Apakah dunia ini lebih menarik hatimu?

 

Tegal, 3 Januari 2024

Jumat, 01 Desember 2023

Melintasi Waktu dan Zaman Menjadi Generasi Terbaik

 


Reportase Poci Maiyah Goes To School

Oleh: Khairul Fahmi

 

Jumat minggu kedua nopember, tidak seperti biasanya pegiat poci maiyah melakukan pertemuan di rumah pegiat Gus Luay untuk kangen-kangenan, kali ini pegiat poci maiyah di jumat minggu kedua dimintai tolong untuk sinau bareng mengisi acara pendidikan karakter materi keagamaan di sma negeri 1 dukuhwaru kabupaten tegal. Acara yang diinisiasi oleh Waka Kesiswaan SMA N 1 Dukuhwaru Tegal Pak Yadi yang kemudian didukung oleh kepala SMA N 1 dukuhwaru Pak Heri Samekto ini baru diketahui oleh sedulur poci maiyah pada jumat terakhir bulan oktober pada saat berlangsungnya pertemuan mother di rumah pegiat Abdurrahman Wahid yang akan melangsungkan akad nikah sabtunya. Komunikasi terjadi antara pegiat poci maiyah gus nahar dan pak yadi waka kesiswaan. Malam  itu kebetulan sekali seluruh pegiat hampir semuanya kumpul untuk kangen-kangenan sekaligus melepas masa lajang salah satu pegiat akhirnya disepakati acara sinau bareng di sma n 1 dukuhwaru dilaksanakan jumat tanggal 10 nopember 2023. Hanya waktu dua minggu pegiat poci maiyah dan band interim yang memainkan gamelan kiakanjeng bersiap melakukan latihan baik mateti maupun nomor-nomor lagu milik kiaikanjeng.

 

Ini adalah acara pertama poci maiyah yang digelar atas permintaan pihak lain. Dengan membawa spirit Mbah Nun dan Maiyahan diiringi oleh Gamelan Kiaikanjeng yang dimainkan grup Interim dari Poci Maiyah, acara dimulai persis pukul 20.00 diawali dengan sambutan panitia kemudian mengajak para siswa siswi sma n 1 dukuhwaru untuk bertawassul terlebih dahulu. Setelah tawassul kemudian siswa siswi diajak melantunkam Indonesia Raya stanza 2 dan 3 dengan harapan itu menjadi doa yang dikabulkan untuk Indonesia.

 

Menginjak pukul 20.30 sebelum memasuki sesi sinau bareng satu nomor sholawat nariyah menghangatkan suasana sinau bareng. Kemudian Kang Ali selaku moderator mempersilahkan Gus Nahar untuk memperkenalkan diksi sinau bareng itu apa? Gus Nahar menjelaskan sedikit tentang diksi bedanya sinau dewek-dewek, sinau bareng-bareng dan sinau bareng yamg sering disampaikan dalam maiyahan. Setelah sesi memperkenalkan apa itu sinau bareng dilanjut sesi  tadarrus mukaddimah. Kali ini sesi tadarrus mukaddimah Kang Ali mengajak beberapa siswa siswi untuk membacakan mukaddimah malam itu. Dalam sinau bareng dialektika antara seluruh jamaah sangat diperlukan sehingga ketika dua siswa dan satu siswi berani untuk maju dan membaca mukaddimah maka suasana menjadi semakin akrab.

 

Kemudian sesi berikutnya Ustadz Hadi Subhan selaku guru agama sma n 1  dukuhwaru mengawali pembahasan dengan menyampaikan bahwa pendidikan karakter salah satunya birrul walidain dan juga kisah nabi Yusuf A.S yang tidak menyimoan dendam dan kebencian kepada saudaranya.

 

Sebelum sesi berlanjut melihat para siswa siswi yang sudah terlihat ngantuk dan kelelahan karena sejak siang hari mereka sudah melakukan banyak kegiatan dalam rangka pendidikan karakter akhirnya satu nomor yang viral dikalangan siswa siswi yakni lagu nemen dilantunkan, suasanapun kembali mencair segar karena hampir semua siswa siswi ikut larut menyanyikan nomor tersebut.  Setelah suasana kembali seger, Kang Ali selaku moderator kembali mengajak siswa siswi sinau bareng dan menjelaskan filosofi lagu tadi seperti minum es teh dan sinau bareng seoerti berlari, jika setwlah berlari satu gelas maka terasa nikmat jika satu galon maka hilang nikmatnya oleh karena itu sinau bareng kemudian dilanjutkan lagi, kali ini kamg Ali mencoba memancing siswa siswi untuk bertanya atau menyampaikan pendapat. Dan ada satu siswa mas alvin niam yang langsung maju ke depan. Ternyata mas alvin niam ini bukan bertanya atau berpendapat tapi malah request lagi nenekku pahlawanku miliknya wali. Sontak seluruh siswa dan siswi moderator dan pemantik pun rame karena ini diluar perkiraan.

 

Permintaan lagu dari mas alvin disimpan dulu untuk kemudian Kang Ali mengarahkan Gus Nahar untuk kembali masuk sesi sinau bareng pendidikan karakter. Gus Nahar memulainya dengan cerita yang menarik tentang bagaimana lima orang melihat mangga yang jatuh dan apa yang dilakukannya yang pertama melihat mangga yang jatuh kemudian dihitung gaya gravitasinya karena ahli fisika kemudian yang kedua membawa mangga tersebut pulang dan dijual. Adapun yang ketiga itu mencari siapa pemilik mangga tersebut. Yang keempat mengambil mangga tersebut untuk diberikan kepada orang lain. Dan yang kelima mengambil mangga tersebut untuk dibawa pulang dan dimakan. Dari cerita tersebut menurut Gus Nahar orang yang berkarakter adalah yang ketiga yang mencari dulu siapa pemilik mangga yang jatuh tersebut.

 

Setelah memberikan contoh apa itu orang yang berkarakter melalui cerita lima orang tadi dilanjut satu nomor yang direquest oleh salah satu guru yaitu lagu yassir lana dan meskipun belum pernah latihan sedulur interim dari poci maiyah belajar dari kiaikanjeng menggunakan sense of ngeng dan tulus melayani akhirnya satu nomor tersebut berhasil dibawakan dan membawa seluruh siswa larut mengikuti lantunan lagu tersebut. Setelah nomor tersebut untuk kembali membuat semangat suasana dilanjut dengan satu nomor milik kiaikanjeng yang berjudul amemuji.

 

Setelah suasana kembali terbangun, sinau bareng dendidikan karakter dilanjut kali ini Kang Ali mempersilahkan Gus Luay untuk ikut mengelaborasi sinau bareng malam ini. Gus Luay mengawali dengan melakukan dialektika kepada para siswa dengan menanyakan medsos yang mereka miliki seperti instagram, tiktok dsb. Rata-rata hampir semuanya memiliki medsos tersebut. Kemudian para siswa ditanya untuk melihat status mereka 2 atau 3 tahun yang lalu dan semuaengatakan bahwa status mereka 2 atau 3 tahun lalu alay dan banyak yang menertawakan sendiri. Itulah pendidikan karakter bahwa tidak perlu membandingkan diri kita dengan ora lanin untuk menjadi lebih baik. Cukup melihat status 2 atau 3 tahun lalu dimedsos dan kita bisa melihat sejauh mana diri kita. Kemudian Gus Luay mengajak siswa merespon sinau bareng malam ini karena jangan hanya hidup di dunia maya ayo mengisi ruang di kehidupan nyata melalui sinau bareng malam ini.

 

Akhirnya ada empat siswa dan siswi yang berani mengungkapkan pertanyaan di sinau bareng malam ini diantaranya yang pertama bagaimana membalas ayah dan ibu yang sudah baik sekali sama kita, yang kedua bagaimana caranya menolak kalau ketemu lawan jenis yang senang dengan kita tapi kita tidak senang dengannya agar tidak sakit hati, yang ketiga apa yang dilakukan ketika orang tua kita marah dan yang keempat apa harapan poci maiyah untuk sma dukuhwaru setelah acara ini berlangsung?

 

Masing-masing pertanyaan itu direspon oleh Gus Nahar bahwa kebaikan orang tua kita tidak mungkin dapat membalasnya tetapi minimal yang perlu kita lakukan adalah tidak menyakitinya. pertanyaan yang kedua Gus Nahar merespon bahwa tidak ada cara menolak seseorang kemudian tidak sakit hati, bahwa sakit hati ada resiko orang yang mengungkapkan cinta. Pertanyaan ketiga Gus Nahar merespon dengan minimal saat orang tua kita marah kita diam. Dan pertanyaan keempat Gus Nahar merespon harapan poci maiyah aktualisasinya minimal di rumah tidak menambah bikin masalah dan di sekolah menjaga adab dengan guru.

 

Lanjut respon Gus Luay terkait pertanyaan kedua dengan berdialektika sakit hati itu baik atau buruk?mungkin banyak yang menjawab itu buruk tapi Gus Luay mengajak untuk memikirkan sakit hatinya seorang ibu ketika anaknya harus disuntik karena sakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat minum. Dalam kondisi tersebut sakit hati itu baik. Maka Gus Luay menyarankan agar jangan menunda waktu untuk menolak seseorang yang tidak dicintai karena luka padamu adalah derita untukmu.

 

Setelah ini sedulur interim dari poci maiyah memenuhi keinginan salah satu siswa untuk membawakan nomor nenekku pahlawanku, suasana pun kembali pecah karena semua larut dalam lagu nenekku pahlawanku yang diiringi secara spontan pada malam itu bahkan salah seorang guru memberikan apresiasi kepada siswa yang melantunkan nomor tersebut. Kemudian setelah ini dilanjutkan kembali dengan nomor sluku-sluku bathok burdah yang dibawakan sedulur interim dan mengajak seluruh jamaah sehingga malam menjelang pukul 23.00 suasana semakin syahdu.

 

Diakhir acara Gus Luay memberikan respon terkait harapan poci maiyah kepada sma n dukuhwaru, Gus Luay mengawali dengan sebuah quote bahwa berharap kepada manusia adalah cara patah hati yang paling disengaja oleh karena itu poci maiyah tidak berharap kepada siswa siswi sma n dikuhwaru tetapi berharap kepada Allah yakni harapannya adalah agar siswa siswi sma n dukuhwaru di semua angkatan mampu melintasi waktu dan zaman dan mampu menjadi generasi terbaik di kota ini dan negara ini. Dan juga agar siswa siswi di sma n dukuhwaru sedang mengalami kesepian tetap ingat peejumpaan kita malam ini itu yang akan menjadikan api semangat agar tidak menyerah karena ada sedulur poci maiyah yang siap membuka tangan untuk bertemu kapanpun. Dan ingatlah ketika siswa siswi sudah tidak memiliki teman dan tidak tahu akan bermain dimana temui kami di GBN setiap jumat pertama di  setiap bulan. Ingatlah bahwa proses yang paling serius adalah serius terhadap proses.

 

Pukul 23.00 sinau bareng pendidikan karakter di sma n 1 dukuhwaru ini diakhiri dengan doa oleh Gus Nahar dan satu nomor Lir-ilir. Terima kasih SMA N 1 Dukuhwaru sudah memberikan kesempatan sinau bareng bersama poci maiyah. Semoga kabar sinau bareng poci maiyah di sma n 1 dukuhwaru ini terdengar sampai kepada guru kita semua Maulana Muhammad Ainun Nadjib.